Sunday, April 13, 2014

Day 13 — Have You?

"Have you ever felt alone, but at the same time you do not want to be with anyone?"

That’s what I have been feeling for these couple of weeks. The feeling I have tried to ignore. Avoiding people has seemed like a good idea, since faking a smile made me tired as hell.

I have been making silence as a habit, and loneliness as a new friend. No friend, and nobody really knows that this smile I have been wearing is only to make me look nicer. Because I know, nobody thinks a desperate person is attractive.

And I do not want to be that person.
But can I? You have taken my smile with you when you left.


April 12
— smileless

Day 12 — Lie I'm Living In

I’m still learning to get used to waking up knowing you’re no longer there to hug.
I’m not doing it well, but I guess practicing has paid its price.
Because no matter how much I still miss you, now I can hold myself from texting you. For me, that’s an achievement.

So if today you see me like I don’t care anymore, it’s because I’m trying to stop hoping.
Hoping that my heart will never skip a beat anymore every time I see your name, your picture, and your face coming to my mind.

I have no idea how long I can survive this lie I’m living in.


April 11
— hopefully hopeless

11 — Sebelah


Aku merindukan hal-hal sederhana seperti menggenggam tanganmu saat kita menyeberangi jalan raya.

Atau saat kita menonton acara televisi tidak penting, kemudian diam-diam jemariku sempurna mengisi celah di antara jari-jari tanganmu.

Juga saat kita tanpa sadar bergandeng tangan sewaktu duduk bersisian di atas sofa di warung kopi.

Dan ketika kau yang sedang duduk menyambut uluran tanganku untuk kemudian kau pegang erat seraya kutarik hingga kau berdiri dan berakhir di pelukanku.

Aku merindukan hal-hal sederhana seperti itu, saat genggaman yang kudapat bukan sekadar jabat sebelah tangan.

Kenapa sekarang kita tak henti menepis sesuatu yang seharusnya kita genggam?


10 April
— sebelah tangan

10 — Tidak Pernah Jauh

Aku kembali terjaga di hari yang berbeda, tetap dengan rasa yang sama seperti hari-hari saat menyampaikan apa yang kurasa padamu tidak serumit ini.

Meski kini mencintaimu tidak semudah dulu, dalam diam mengucap sayang tidak pernah kulewatkan.

Mengenangmu masih tidak sesulit mengendapkan harapan, hanya saja melupakanmu tetap kurasa susah.

Merindukanmu pun tidak pernah jauh dari selangkah menuju rumah, karena engkaulah pulang yang tak akan pernah aku pergi lagi.

Sejauh apapun kau bentang jarak, aku mendekat.


Sembilan di Bulan Keempat 
— untuk yang selalu jadi kesayangan

Day 9 — Something Right

There will never be enough words to describe how much love I actually have inside my heart.
Too much that sometimes I think it’s wrong.

But there’s nothing wrong about something right, right?
All I feel is, that it feels so right, even if you left.


April 8
— to my baby

Monday, April 7, 2014

Day 8 — The Game

This little game of love we play is now becoming the waiting game.
Waiting for who’s going to fall first, waiting for who’s going to hurt first, and waiting for who’s going to leave first.

I win. Only to lose.

Day Seven — Seven Days

It’s been a week.

Seven days of struggling and surviving.
Seven days of trying to start a new beginning without really knowing the end.
Seven days of desperation, frustration, and expectation. 
Seven days since you asked me to leave and stop fighting.

Does a week make a change? It probably does.
So far, I’ve learned to live without hoping when I’m not missing you.
And when I’m missing you, I just breathe.
It gets harder everyday, but it works.

I know you’re not mine.
But you’re my reason.
My reason to believe that no matter how hard I try to stop myself from loving, I have no other way than to let it grow.

Starts right from the moment I wake up in the morning, until I close my eyes at night.
Every day.

It’s been seven days.
And for every day, one letter.


— April 6

Saturday, April 5, 2014

Day 6 - Like We Wish

I guess loving is one way to accept why things do not go like the way we expect them to be.

If we are not in love, we will probably just ignore. We do not even care to accept and let go. But we are in love, that’s why no matter how disappointed we get because of the rejection, we always try to find the way to believe that we cannot always have what we want.

Sadly, the ones we love do not always see that way like we wish they would.


— April 5

Friday, April 4, 2014

Day 5 - That Voice

It’s the fifth day after the rejection.
Not even a week yet.

I whisper to myself:
“Why should today be worse than yesterday?”

That little voice in my head answers:
“Because it gets harder everyday knowing that the more day goes on, the more you get apart.”

I smile bitterly. Maybe tomorrow this hope will finally go away. Maybe.

Thursday, April 3, 2014

Day 4 - Just Another Day

Waking up this morning, nothing was new.
You were still the one coming to my mind right after I opened my eyes.

I tried to smile, though.
And I whispered to myself, “It’s just impossible to wake up in the morning and stop loving someone.”.

So I let my mind take me to everywhere it goes.
It’s just another day. I’m sure I can survive it.


— April 3rd

Wednesday, April 2, 2014

Hari Tiga - April 2nd

"Mungkin cuma bercanda."
Kataku dalam hati, ke diri sendiri.

"Ah iya, pasti ini hanya bercanda."
Kataku lagi, meyakinkan diri bahwa penolakan yang kudengar darimu adalah tak lebih dari lelucon belaka.

"Hahaha… Dasar kamu, kali ini berhasil mempermainkanku."
Aku tertawa dalam hati sambil membayangkan ekspresi jahil di wajahmu.

Senyumku masih mengembang saat sekilas kulihat jam dan tanggal di layar telepon genggamku.

Tanggal 2 April. 
Hari berganti.
April Mop sudah lewat.

Tuesday, April 1, 2014

Hari Dua - Siapapun Yang Menjadi Kekasihmu Nanti

Siapapun yang menjadi kekasihmu nanti, aku yakin dia akan menyayangimu seperti aku menyayangimu.
Mungkin lebih.
Karena dia akan lebih punya banyak waktu untukmu. Dia juga akan ada setiap saat kau butuh. Dia bisa menemanimu dalam perjalanan tanpa rencana. Dia mencintaimu tanpa terhalang jarak.

Siapapun dia yang kelak mendampingimu setelahku, aku yakin dia akan menjagamu seperti aku menjagamu.
Bahkan lebih.
Karena dia akan selalu ada di sisi kanan tempat tidurmu. Dia juga yang akan memelukmu sepanjang malam. Dia bisa menjagamu tetap lelap dalam hangat raganya.

Siapapun yang kau cintai setelah kepergianku, selalu akan lebih baik dariku.
Karena aku hanya bisa mengucap sayang lewat pesan singkat. Aku hanya bisa menemanimu lewat suara di seberang telepon. Aku hanya bisa memelukmu dalam gambar tak bergerak. Aku hanya bisa menjagamu dalam jeda. Aku hanya bisa mencintai semampuku menghapus jarak.

Siapapun yang menjadi kekasihmu nanti, dia juaranya.


Hari Satu - Izinkan Aku Sekali Lagi

Aku datang.
Bukan untuk memintamu kembali. Bukan juga untuk
berpanjang lebar menjelaskan alasan-alasan atas
perbuatanku padamu. Aku datang dengan mencoba tidak membawa serta pengharapan. Meski itu berarti membohongi diriku sendiri. Karena seribu kalipun aku berkata bahwa aku telah berhenti berharap, harapan itu selalu ada.

Aku hanya ingin memelukmu sekali saja, untuk terakhir kali. Sekali saja sepanjang hari.
Aku hanya ingin memelukmu dalam diam. Dalam diam sepanjang malam.

Karena betapa keras aku berjuang, aku akan tetap kalah dalam perang. Izinkan aku memelukmu, bukan untuk sekali lagi berjuang, tapi untuk terakhir kali sebelum aku benar-benar menghilang.


A Long March
— lifeless