Dear Bets,
Hai, apa kabar?
Iya, silakan kaget dan menerka-nerka alasan kenapa kau bisa menerima suratku ini.
Sudah lama ya, sejak terakhir kita bertegur sapa. Aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas, kapan persisnya kita bertukar kata.
Masih marah kepadaku?
Aku paham. Wajar saja kok.
Meninggalkanmu tanpa alasan jelas, apa ada yang bisa membuatmu benci padaku lebih dari itu?
Mungkin tidak.
Masih kurang banyak maafku?
Pertanyaan bodoh ya. Tentu saja berapa ribu kali pun aku meminta maaf, tak bisa menghapus kecewamu.
Eh, atau mungkin aku saja yang berpikir begitu? Mungkin saja kamu tidak lagi peduli, atau bahkan memang tidak pernah peduli semenjak aku melangkah pergi darimu.
Masih ingat padaku? Pada kita?
Mungkin ini terkesan tak tahu diri. Tidak pantas mempertanyakan apakah aku masih melintasi pikiranmu. Rasa ingin tahu yang membuatku ingin bertanya.
Karena aku mengingatmu, itu saja,
Tidak selalu. Tapi aku mengingatmu.
Aku mengingatmu.
Tiap kali aku mempertanyakan keputusanku atas langkah yang telah kupilih ini.
Kau tahu? Sampai hari ini pun aku masih bertanya-tanya.
Masih menerka-nerka alasan aku menulis surat ini?
Aku mendengar kabar tentangmu.
Itu alasannya.
Kabari aku tentangmu, darimu. Bukan dari yang sekadar kudengar.
Tokyo, February 1st.
It's still cold in here.
Hai, apa kabar?
Iya, silakan kaget dan menerka-nerka alasan kenapa kau bisa menerima suratku ini.
Sudah lama ya, sejak terakhir kita bertegur sapa. Aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas, kapan persisnya kita bertukar kata.
Masih marah kepadaku?
Aku paham. Wajar saja kok.
Meninggalkanmu tanpa alasan jelas, apa ada yang bisa membuatmu benci padaku lebih dari itu?
Mungkin tidak.
Masih kurang banyak maafku?
Pertanyaan bodoh ya. Tentu saja berapa ribu kali pun aku meminta maaf, tak bisa menghapus kecewamu.
Eh, atau mungkin aku saja yang berpikir begitu? Mungkin saja kamu tidak lagi peduli, atau bahkan memang tidak pernah peduli semenjak aku melangkah pergi darimu.
Masih ingat padaku? Pada kita?
Mungkin ini terkesan tak tahu diri. Tidak pantas mempertanyakan apakah aku masih melintasi pikiranmu. Rasa ingin tahu yang membuatku ingin bertanya.
Karena aku mengingatmu, itu saja,
Tidak selalu. Tapi aku mengingatmu.
Aku mengingatmu.
Tiap kali aku mempertanyakan keputusanku atas langkah yang telah kupilih ini.
Kau tahu? Sampai hari ini pun aku masih bertanya-tanya.
Masih menerka-nerka alasan aku menulis surat ini?
Aku mendengar kabar tentangmu.
Itu alasannya.
Kabari aku tentangmu, darimu. Bukan dari yang sekadar kudengar.
Tokyo, February 1st.
It's still cold in here.
No comments:
Post a Comment