Rasanya menyenangkan bisa menginjakkan kaki
di tanah merah ini sekali lagi. Sudah lama aku tidak merasakan tanah
yang becek oleh air hujan, dan menyentuh dedaunan yang basah entah oleh
embun atau sisa hujan. Berada di udara terbuka sepagi ini adalah hal
yang langka. Biasanya, bangun pagi adalah perjuangan bagiku, tapi hari
ini aku sudah di luar rumah saat matahari masih malu-malu bersinar
kuning kemerahan di ujung timur sana.
Aku kembali. Kembali menginjakkan kaki di
kota tempatmu berasal. Kembali ke kota tempat kita bertemu. Kembali ke
Bandar Lampung. Kota yang walaupun kuanggap sebagai kota kecil dan
terkadang membosankan, tapi ternyata adalah kota terbesar ke-11 di
Indonesia. Kota yang kupandang semrawut dan tak punya identitas, tapi
ternyata adalah kota yang dianggap menjanjikan di masa depan. Kota yang
meski kini banyak berubah, tapi kukenang tetap sama seperti dulu saat
aku memulai hidup baru denganmu.
Lereng bukit tempatku berdiri sekarang ini
tidak terlalu tinggi, namun cukup untuk melihat pemandangan bagian
selatan kota yang berbatasan langsung dengan laut berwarna biru
kehijauan dan berkilat karena pantulan cahaya matahari pagi. Dulu kita
pernah kemari, ingat tidak? Waktu itu kita ke sini pada malam hari,
untuk melihat bintang dan lampu-lampu kota. Nanti kita ke sini lagi, ya?
Naik motor saja, seperti dulu.
Jangan lupa, kita nanti harus mampir ke
restoran di puncak bukit, makan malam sambil menikmati pemandangan kota
menghampar seperti yang dulu biasa kita lakukan setiap kali aku baru
gajian. Sempatkan pula untuk jalan-jalan ke hutan kecil di lembah
pinggiran kota lokasi foto pra-pernikahan kita dulu. Alun-alun di tengah
kota yang biasa kita datangi hanya untuk sekadar makan jagung bakar di
malam hari, jangan sampai terlewatkan. Setiap kali melewati jalan di
lereng bukit sebelah barat kota, kita pasti tergoda untuk beli durian
yang baru dipetik dari kebun. Kalau sempat kita nanti ke sana, dan
lanjut mengunjungi pantai-pantai di pesisir kota tempat kita biasa
duduk-duduk diam tak banyak bicara. Kalau sempat.
Semoga kita sama-sama punya cukup waktu.
Meskipun aku cinta kota ini, aku tak bisa berlama-lama. Aku datang hanya
untuk sekadar singgah dan menengok masa lalu. Menengok masa lalu agar
aku tidak lupa bagaimana mengingat.
Aku tak pernah tahu kapan aku bisa
benar-benar kembali. Mungkin nanti suatu hari, dan jika saat itu tiba,
kupastikan aku tak akan membiarkanmu tertinggal lagi.
Sudah pagi, kamu harus bangun dan kembali
memulai hari. Nanti kalau aku singgah lagi ke mimpimu, akan kuceritakan
seperti apa surga.
Bandar Lampung, 28 Januari
― si tak kasat mata yang sok terlihat
No comments:
Post a Comment