Untuk Kamu yang Sering Keliru
Saat aku membaca tulisan-tulisanmu, ada beberapa hal yang menarik perhatian. Bukan hanya isi dan cara penyampaiannya, tapi juga tentang kaidah berbahasa. Sebelumnya, maaf aku tidak bermaksud menggurui, apalagi mencari perhatianmu dan mengharap kamu membalas perasaanku. Surat ini juga bukan curahan hati terselubung dalam kalimat-kalimat sarat kode, sama sekali bukan.
Tahukah kamu cara penulisan “di” sebagai kata depan dan “di” sebagai awalan itu berbeda? Ingatlah bahwa “di” yang berfungsi sebagai imbuhan/awalan untuk membentuk kata kerja pasif ditulis serangkai (tak terpisah) dengan kata (kerja) dasar yang mengikutinya. Contoh: “Kalau aku tetap dipandang sebelah mata olehmu seperti yang juga pernah dilakukan orang lain padaku saat aku hanya berharap untuk dicintai, aku bisa apa?”
Selain itu, “di” yang berfungsi sebagai kata depan untuk menerangkan tempat ditulis terpisah dengan kata keterangan tempat yang mengikutinya. Contoh: “Langkahku di jalan ini tak akan terhenti hingga aku tiba di hadapanmu yang kemudian menyadarkanku bahwa aku memang tak akan pernah mendapat tempat di hatimu.”
Jangan lupa untuk tidak memberi spasi sebelum tanda baca di akhir kalimatmu. Titik, koma, tanda tanya, tanda seru, tanda kurung, dan titik dua adalah sebagian contoh tanda baca yang harus ditaruh persis di belakang kata terakhir dalam kalimat, tanpa spasi. Terutama titik. Jangan ada jarak di depan titik setelah kamu selesai dengan kata terakhir dalam kalimatmu. Jangan lagi beri jarak saat tak ada lagi yang ingin kau sampaikan. Jika memang semua telah berakhir, akhirilah dengan tegas. Biarkan jarak pergi dan membawa rasa yang tak lama lagi pasti akhirnya mati.
Terakhir, berhati-hatilah memilih kata. Belajarlah mengenali jenis kata. Cobalah lebih dalam mencari tahu perbedaan kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata keterangan (adverbia), dan kata benda (nomina). Jangan sampai luapan rasa dari hati dan jiwa dalam kalimat panjang lebar yang kamu sampaikan menjadi hilang makna dan tidak dimengerti hanya karena kau keliru memilih kata. Jika kamu tidak lagi bisa membuka hati, maka tutuplah rapat-rapat. Jangan lagi memberi celah, karena seseorang kadang pura-pura bodoh dan mengganggap penolakan halus sebagai harapan.
Saat kamu mencoba jujur tentang perasaan, sebisa mungkin hindarilah kesalahan kecil dalam penyampaiannya. Karena apa yang kamu sampaikan melalui kata menunjukkan bagaimana dirimu sebenarnya. Kalau bahasa tak lagi cukup membuat orang lain memahami kata-kata, apa lagi yang bisa?
23 Januari
― si pengharap yang sok paham
No comments:
Post a Comment