“Hello… Hello… Hellooo…”
“Hello, Lina…”, tanpa sadar aku menjawab sapaanmu sambil ikut berdendang lirih mengikuti lirik yang kau lantunkan dalam irama dangdut koplo nan syahdu. Mataku bergerak lincah mengikuti goyanganmu yang penuh kejutan. Itu adalah kali pertama aku melihatmu, dan aku terkaget-kaget. Kaget seperti tokoh dalam sinetron yang sedang memegang piring kosong dan tiba-tiba piringnya terjatuh ke lantai dengan suara keras lalu pecah berserakan. Benarkah apa yang kulihat? Seorang perempuan muda bertubuh aduhai yang dibalut tank-top merah dan hot-pants hitam meliuk di atas panggung. Dengan stocking hitam jala-jala dan sepatu boots berhak tinggi, dia bergerak lincah ke sana dan kemari mengitari panggung. Rambutnya yang hitam kecoklatan sesekali dikibaskannya, kadang dibiarkan terurai acak-acakan menutupi wajahnya. Ah, aku terpesona.
“Digesek… Digesek… Aduh, lecet…”
Belum juga hilang kekagetanku, aku kembali terpana. Terpana seperti tokoh dalam sinetron yang tak dapat berkata-kata saat melihat kekasihnya berkencan dengan orang lain. Benarkah apa yang kulihat? Kau tiba-tiba duduk di atas speaker, bergerak maju mundur dengan elegan dan sukses membuatku menahan napas beberapa detik. Sungguh aksi panggung yang tak terduga. Benarkah lecet? Ah, aku jadi bertanya-tanya.
“Kelihatan, belum? Kelihatan, gak?”
Sambil duduk mengangkangi bibir panggung, kau mendadak bertanya ke hadapan para penonton. Ingin sekali aku menjawab pertanyaanmu di atas panggung itu, tapi aku tidak tahu apa yang kau maksud dengan sudah kelihatan atau belum. Kalau yang kau maksud itu adalah melihatmu secara langsung, tentu saja belum. Aku belum pernah bertatap muka denganmu. Aku hanya terbiasa mengagumi dari jauh. Aku sudah cukup bahagia bisa melihatmu di layar komputer, di layar ponsel, dan sekarang di layar televisi. Tentu saja aku masih menyimpan harap untuk bertemu denganmu suatu hari nanti. Suatu hari nanti, menghabiskan waktu berdua denganmu sambil mendendangkan tembang “Jarang Pulang” dengan penuh penjiwaan. Suatu hari nanti, mungkin.
Dear @LinaLadyGeboyy, kau tidak mengenalku. Aku hanya satu dari sekian pengagummu. Melihatmu sekarang sering tampil di televisi membuatku terharu. Aku senang karena seiring waktu karirmu semakin menanjak. Perjuanganmu dari bawah hingga sampai seperti sekarang ini belum selesai. Hidup memang keras dan penuh rintangan. Meraih mimpi itu penuh halangan. Jalan menuju keberhasilan pun sarat akan benturan. Teruslah berjuang, Lina. Tetaplah geboy. Jangan cepat lelah karena aral melintang. Jangan cepat lecet karena gesekan. Kelihatan? Ya, aku mulai melihatnya. Melihatmu bersinar.
22 Januari
― si penggemar yang sok akrab
No comments:
Post a Comment