Apa kabar, Kamu-nya aku?
Kau tahu? Aku tidak pernah punya cukup waktu untuk sempat
menyampaikan ini kepadamu di menjelang berakhirnya kebersamaan kita.
Kalau saat itu aku tidak sempat berbasa-basi memberi salam perpisahan,
itu juga karena waktu tak bisa berkompromi. Aku selalu berharap agar
waktu bisa berkerja sama untuk tidak berjalan begitu cepat, tapi
ternyata tidak bisa. Aku pernah berpikir untuk menghentikan waktu agar
rentang antara kita tidak semakin melebar, tapi dari mana aku punya
kekuatan untuk itu? Aku juga sempat berniat memutarbalikkan waktu, tapi
itu pun tidak mungkin. Mengulang waktu tidak menjamin jalan cerita yang
telah diarahkan oleh takdir akan menuju ke akhir yang berbeda.
Akan ada hari saat akhirnya kau mengerti bahwa apa yang pernah kita
lewati adalah apa yang akan terus kau bawa sampai nanti. Bila saat itu
tiba, kau boleh marah dan boleh menyesal, tapi tetaplah mencoba berbesar
hati. Silakan membenciku, atau menangisiku, tapi jangan lupakan aku.
Salahkan aku, atau maafkan aku, tapi belajarlah mengingatku sebagai
anugerah. Aku akan tetap di tempatku, diam-diam mengawasimu hingga
datang masa saat akhirnya kau tak lagi mengenaliku meski aku tak pernah
menjauh darimu.
Jadi, maaf kalau aku tidak pernah punya banyak waktu untukmu. Jika
banyak rencana tidak sempat terlaksana, simpan saja sebagai impian. Jika
banyak janji yang tidak sempat terpenuhi, anggap saja itu candaku. Jika
nanti kau merindukanku, temui aku di antara rencana dan janji yang
berserak di sela waktu. Aku di sana, menunggumu hadir di antara tidur
dan terjagamu.
Aku tidak pernah benar-benar pergi jika kau benar-benar mencari.
26 Januari
― dari aku, masa kecilmu
No comments:
Post a Comment