Tuesday, January 29, 2013

Agar Tidak Lupa Mengingat




Rasanya menyenangkan bisa menginjakkan kaki di tanah merah ini sekali lagi. Sudah lama aku tidak merasakan tanah yang becek oleh air hujan, dan menyentuh dedaunan yang basah entah oleh embun atau sisa hujan. Berada di udara terbuka sepagi ini adalah hal yang langka. Biasanya, bangun pagi adalah perjuangan bagiku, tapi hari ini aku sudah di luar rumah saat matahari masih malu-malu bersinar kuning kemerahan di ujung timur sana.

Aku kembali. Kembali menginjakkan kaki di kota tempatmu berasal. Kembali ke kota tempat kita bertemu. Kembali ke Bandar Lampung. Kota yang walaupun kuanggap sebagai kota kecil dan terkadang membosankan, tapi ternyata adalah kota terbesar ke-11 di Indonesia. Kota yang kupandang semrawut dan tak punya identitas, tapi ternyata adalah kota yang dianggap menjanjikan di masa depan. Kota yang meski kini banyak berubah, tapi kukenang tetap sama seperti dulu saat aku memulai hidup baru denganmu.

Lereng bukit tempatku berdiri sekarang ini tidak terlalu tinggi, namun cukup untuk melihat pemandangan bagian selatan kota yang berbatasan langsung dengan laut berwarna biru kehijauan dan berkilat karena pantulan cahaya matahari pagi. Dulu kita pernah kemari, ingat tidak? Waktu itu kita ke sini pada malam hari, untuk melihat bintang dan lampu-lampu kota. Nanti kita ke sini lagi, ya? Naik motor saja, seperti dulu.

Jangan lupa, kita nanti harus mampir ke restoran di puncak bukit, makan malam sambil menikmati pemandangan kota menghampar seperti yang dulu biasa kita lakukan setiap kali aku baru gajian. Sempatkan pula untuk jalan-jalan ke hutan kecil di lembah pinggiran kota lokasi foto pra-pernikahan kita dulu. Alun-alun di tengah kota yang biasa kita datangi hanya untuk sekadar makan jagung bakar di malam hari, jangan sampai terlewatkan. Setiap kali melewati jalan di lereng bukit sebelah barat kota, kita pasti tergoda untuk beli durian yang baru dipetik dari kebun. Kalau sempat kita nanti ke sana, dan lanjut mengunjungi pantai-pantai di pesisir kota tempat kita biasa duduk-duduk diam tak banyak bicara. Kalau sempat.

Semoga kita sama-sama punya cukup waktu. Meskipun aku cinta kota ini, aku tak bisa berlama-lama. Aku datang hanya untuk sekadar singgah dan menengok masa lalu. Menengok masa lalu agar aku tidak lupa bagaimana mengingat.

Aku tak pernah tahu kapan aku bisa benar-benar kembali. Mungkin nanti suatu hari, dan jika saat itu tiba, kupastikan aku tak akan membiarkanmu tertinggal lagi.

Sudah pagi, kamu harus bangun dan kembali memulai hari. Nanti kalau aku singgah lagi ke mimpimu, akan kuceritakan seperti apa surga.


Bandar Lampung, 28 Januari
― si tak kasat mata yang sok terlihat

No comments: